Kamis, 31 Desember 2015

MENJADI MANUSIA YANG BERMANFAAT

                      Manusia diciptakan hakikatnya adalah sebagai Abdullah dan khalifatullah di muka bumi ini, yang itu artinya bahwa setiap dari kita wajib untuk menyampaikan akan indahnya Islam, menjadi penerus Rasulullah dalam berdakwah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar (QS Ali-Imron :110). Ada juga pepatah yang mengatakan “Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati”. Kata berarti disini menegaskan bahwa kita harus bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya, memberikan arti dan berbagi.
           
Banyak yang menginginkan untuk menjadi manusia yang bermanfaat, mengajak orang-orang kejalan yang benar. Tapi sering kali hal itu dianggap susah, berat, seringkali di pandang  sok alim,sok suci, bahkan sampai dihindari kalau ketemu. Itulah goda setan yang tega, yang akhirnya membuat kita enggan untuk berbuat, menjadi manusia bermanfaat yang mengajak kepada kebaikan.
           
Seorang muslim apabila sudah mulai menyampaikan agama Allah, kita bisa memberikan manfaat orang lain itu tidak harus ceramah. Kita tidak punya ilmu tapi punnya uang, dating ke percetakan, nyetak doa-doa sehari hari lalu dibagikan, sedekah. Dsb.
           
             Ada sebuah kisah, seorang yang awam hadir dsebuah kajian. Dimana dalam kajian tersebut ada satu hal menarik yang disampaikan oleh ustadz yang membuat orang ini penasaran. Yaitu tentang sebuah hadist :

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah kalimat yang ringan di lisan namun berat di dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman, yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’.” (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694])


Ni orang lagi dengerin kajian , “MasyaAllah bagus banget nih”, datang ke ustadnya lalu minta dituliskan sama ustadznya. Sampai  rumah dia hafalkan, sampai hafal. Setiap ia ketemu orang, “Mas mau saya kasih amalan?”, siapa yang gak mau dikasih amalan ? Lalu ia bacakan hadist tadi, dan berpesan “tolong sampeyan amalkan ya mas”

Diwarung, Indomar*** sambil dia nunggu kasir menghitung, “Mas mau gak saya kasih amalan”? Masak mau nolak kasirnya ? lawong dia sering nawarin pulsa sama kita, kita tawarin ganti dia sama amalan :p. ia bacakan hadist tadi “Kalimatani khofifatani 'alal lisan tsaqilatani fil mizan,habibatani ilar Rahman subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil'adhim.
Dua kalimat yang ringan diucapkan dilisan, berat ditimbangan amal, dicintai Allah Ar Rahman. (kalimat itu adalah) subhanallah wa bihamdihi,subhanallahil 'adhim”.
           
Pokoknya dimana dia berada, dia selalu menyampaikan itu karena ilmunya Cuma satu, hanya itu yang dia punya. Sama seperti antum, kalua punya ilmu satu sampaikan satu saja, jangan lima, nanti rusak agama ini :D

Lalu suatu hari dia pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Ketika ia didorong menuju ke ruang UGD, tau-tau dalam kondisi ia didorong itu ia melihat, ada dokter… “Yaa thobib, Qalla Rasulullah SAW, Kalimatani khofifatani 'alal lisan…”. Dia mengatakannya pada dokter hadist tadi. Setelah selesai membaca dia akhirnya meninggal dunia.
Kita bisa bayangkan orang itu akan ditutup dengan amal perbuatan dia. Maka jangan takut untuk menyampaikan, kalua kita akan dikatakan “sok alim”, wajar ! Karena Luqman pernah berkata “Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma`ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan sabarlah terhadap apa yang menimpamu”. (Luqman: 17). Karena orang yang beramar ma’ruf nahi munkar harus bersabar, karena mungkin banyak dibenci, dijauhi, bahkan dikatakan sok alim.

Pokoknya seperti apalah kita bisa memberikan manfaat. Yang di kampus, di kampung, di rumah sakit, di kepolisian dimanapun kita berada kita harus bisa memberi manfaat. Ketika seorang dokter, kalau dia dating kerumah sakit menjenguk pasien, biasanya yang ditanya kepada pasiennya selalu  “sudah minum obat apa belum”?, diganti nih sekarang “sudah sholat apa belum ?”. Nih dokter apa ustadz ya? mungkin begitu pasiennya bertanya-tanya. :D. Tapi memang biasanya pasien lebih percaya sama dokter daripada sama ustadz, nurut kalau yang bilang dokter, langsung sigap, apalagi kalau dokternya ngomong “Bapak kalau gak sholat saya gak bisa ngobatin” :D, Langsung deh “siap dok” ! Mungkin pertama si pasien akan terpaksa melakukannya, tapi terus saja si doketr edukasi bahwa dia tidak bisa menyembuhkan, hanya Allah yang bisa menyembuhkan engkau. Maka berikan manfaat sesuai dengan kemampuan kita.


Tidaklah sulit untuk menjadi orang bermanfaat, kata Ustadz AA Gym dimulai dengan 3M "Mulai dari yang terkecil, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari saat ini" .Gak perlu jadi ustadz dulu, gak perlu galau dan berfikiran “ane belum pantas nih”.gak usah takut dibilang sok alim, sok suci. Apa yang kau tahu sampaikanlah, walaupun hanya satu ayat, jangan sampai kebaikan hanya berhenti pada dirimu. Kalau belum hafal, tulis gak masalah. Syukur-syukur digandakan menjadi stiker, poster.  Mari bermuhasabah dan jangan pernah lelah, tetap istiqomah untuk berdakwah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)


*WIJANG PRASANGKO WIBOWO, Ditulis dalam sebuah penantian :')