Rabu, 08 Juli 2015

Memprioritaskan Sholat Berjamaah, Salah satu Identitas Laki-Laki Sejati.

       Pernahkah kau merasa bahwa terkadang kaki ini berat melangkah ke masjid untuk sholat berjamaah? Namun ketika mendaki gunung, bertamasya, bersekolah, bahkan bekerja yang jaraknya mungkin berpuluh-puluh kilo, Dengan ringan mampu dilangkahkan kaki ini. 
       
      Pernahkah engkau merasa bahwa terkadang tidak sempat ada waktu untuk pergi ke Masjid untuk sholat berjamaah? apalagi jika pada saat dikejar deadline tugas dosen killer, ngebut belajar di malam ujian, Futsal, Hangout.
        
       Seringkah kita bergumam, "Ah entar aja deh, nanggung nih tugas belum kelar..", "Halah baru juga adzan, sambil Nunggu iqomah lanjutin tugas dulu", yang pada akhirnya kelupaan. "Aduh baru aja adzan ashar, kenapa udah adzan maghrib sih", "Sholat dirumah ajalah, toh yang penting sudah melaksanakan kewajiban, beres", "Nanti aja, kita lanjutin ngobrolnya, kan waktu sholat isya sampe subuh"...Dan gumam-gumam yang lain yang sebenarnya sangat menyepelekan kewajiban sholat. 
          
         Sebagian ummat Islam masih membiasakan diri mengerjakan sholat lima waktu di rumah atau di kantor tempat ia bekerja. Sangat sedikit yang membiasakan sholat lima waktunya berjamaah di masjid atau musholla di mana azan dikumandangkan. Bahkan ada sebagian saudara muslim yang membiasakan dirinya sholat seorang diri alias tidak berjama’ah. Padahal terdapat sekian banyak pesan dari Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang menganjurkan ummat Islam (terutama kaum pria) sholat berjama’ah di masjid tempat di mana azan dikumandangkan.

"Ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu berkata: “Barangsiapa ingin bertemu Allah esok hari sebagai seorang muslim, maka ia harus menjaga benar-benar sholat pada waktunya ketika terdengar suara adzan. Maka sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala telah mensyari’atkan (mengajarkan) kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beberapa SUNANUL-HUDA (perilaku berdasarkan hidayah/petunjuk) dan menjaga sholat itu termasuk dari SUNANUL-HUDA. Andaikan kamu sholat di rumah sebagaimana kebiasaan orang yang tidak suka berjama’ah berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Dan bila kamu meninggalkan sunnah Nabimu Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam pasti kamu tersesat. Maka tidak ada seseorang yang bersuci dan dia sempurnakan wudhunya kemudian ia berjalan ke masjid di antara masjid-masjid ini kecuali Allah subhaanahu wa ta’aala mencatat bagi setiap langkah yang diangkatnya menjadi kebaikan yang mengangkat derajatnya dan bagi setiap langkah yang diturunkannya menjadi penghapus kesalahannya. Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya. Sungguh adakalanya seseorang itu dihantar ke masjid didukung oleh dua orang kanan kirinya untuk ditegakkan di barisan saf.” (HR Muslim 3/387).


       Hadist diatas sebenarnya bisa menjadi sebuah "Tamparan Keras" bagi kita, khusunya para ikhwan yang mengaku sebagai laki-laki muslim. Apalagi yang sudah menaklukan puluhan gunung, kuat futsal berjam-jam, Jogging berpuluh-puluh kilo, dsb. Karena banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari hadist tersebut yang berhubungan dengan pentingnya shalat berjamaah,  Diantaranya adalah...

1. Menjaga sholat termasuk kategori aktifitas SUNANUL-HUDA (perilaku atau kebiasaan berdasarkan pertunjuk Ilahi). Barangsiapa memelihara pelaksanaan kewajiban sholat lima waktu setiap harinya berarti ia menjalani hidupnya berdasarkan petunjuk dan bimbingan Allah subhaanahu wa ta’aala.

2. Sholat di rumah identik dengan meninggalkan sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Padahal tindakan meninggalkan sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan gambaran raibnya cinta seseorang kepada Nabinya Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Sebaliknya, bukti cinta seseorang akan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam adalah kesungguhannya untuk melaksanakan berbagai sunnah beliau, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.


3. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu menggambarkan bahwa pada zaman Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam masih hidup di tengah para sahabat radhiyallahu ’anhum jika ada yang tertinggal dari sholat berjamaah maka ia dipandang identik dengan orang munafiq sejati.

       Dan masih banyak kebaikan-kebaikan yang dapat diambil dari sholat berjamaah. Mulai dari dilipatkannya pahala, langkah kaki kanannya ke masjid di hitung sebagai pahala, dan langkah kaki kirinya dihitung sebagai penghapus dosa. Lalu apa lagi yang membuat kita malas melangkahkan kaki ke masjid ? Tugas, sekolah, futsal atau kegiatan apapun itu walaupun kegiatan yang positif sekalipun, namun bagaimanapun sholat adalah kewajiban yang utama yang pantang untuk ditinggalkan terlebih sholat berjamaah. Jangan sampai antum menyepelekan sholat berjamaah, terlalu cukup dengan sekedar sholat dirumah yang penting kewajiban gugur. Kecuali memang ada udzur seperti sakit dan hujan lebat disertai angin. janganlah sampai antum mendapat gelar sebagai orang munafik seperti hadist yang diutarakan diatas. Menurut saya lelaki sejati adalah dia yang senantiasa menjaga sholat berjamaahnya. Real Men Go To Masjid....

 "KALAU KAKIMU BERAT KAU LANGKAHKAN KE MASJID, BERAT BAGINYA UNTUK MEMBAWAMU KE SURGA"
sejatinya perjalanan kita ke masjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabbmu. Itulah perjalanan yg diajarkan oleh Nabimu, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang2 yg lupa akan Rabbnya. Maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Rabbmu..
Baarakallahufikuum




*Wijang Prasangko Wibowo
Pundong, 9 Juli 2015. 
Ditulis selepas subuh,sebagai curahan hati dan masih dalam kesendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar