Sabtu, 17 September 2016

Dzulhijjah Dan Transformasi Karakter

Bulan dzulhijjah adalah salah satu bulan yang memiliki sekian banyak keutamaan bagi umat islam. Termasuk salah satu dalam 4 golongan bulan Asyhurul hurum, atau bulan haram yang mulia yang juga telah disebutkan dalam Al-Quran.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram …" (QS. Al Maidah (5): 2)

Di awal-awal bulan dzulhijjah terdapat benyak keutamaan, khususnya pada sepuluh hari awal. Oleh karena itu Rasulullah menganjurkan kita untuk menempa ruhiyah kita dengan memperbanyak berbagai macam ritual ibadah seperti dzikir, tilawah, sodaqoh, dsb.  Inilah moment dimana Ruhiyah kita ditempa dan dibentuk agar iman lebih kokoh.
Tiada hari yang lebih di cintai Allah ta'ala untuk berbuat suatu amalan yang baik dari pada hari-hari ini yaitu sepuluh hari Dzul Hijjah, para sahabat bertanya," wahai Rasulullah, tidak pula dengan jihad fii sabilillah? Rasulullah menjawab," tidak, tidak pula jihad fii sabilillah, kecuali jika ia keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia tak kembali lagi". (Shohih Bukhori, 969)

Salah satu momen yang paling dinanti dan sampai saat ini menjadi hari besar umat islam adalah moment idul adha yang jatuh pada 10 dzulhijjah. Karena pada momen tersebut umat islam dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai salah satu bentuk bukti taqwa pada yang Maha Esa.

Allah memerintahkan hambaNya untuk menyembelih hewan kurban yang kemudian di bagikan lalu di konsumsi. Sehingga Hari-hari tasyrik semacam menjadi acara "pesta" bagi umat islam karena gizi mereka terjamin, yang tak pernah atau jarang makan daging di hari itu bisa makan daging, walaupun tidak kita pungkiri masih ada di beberapa belahan dunia ini yang belum bisa ikut merasakan "pesta" makan daging ini.

Allah memang tidak pernah alpa menyelipkan hikmah di setiap perintah. Hari-hari di bulan dzulhijjah Allah perintahkan kita mengkonsumsi daging, berharap agar hambaNya memiliki karakter seperti hewan karnivora (pemakan daging). Sebut saja singa. Seperti yang kita lihat dan kita pelajari di sekolah dulu, hewan tipe karnivora memang cenderung gagah, kuat, pintar, agresif dan cepat. Berbeda dengan herbivora (pemakan tumbuhan) yang cenderung suka bermalas2an, tidak agresif, karena makanannya tak bergerak dan langsung bisa didapatkan tanpa perlawanan (tumbuhan,rumput dsb).

Karakter Singa, Mereka cepat karena makanannya bergerak. Mereka pandai karena penuh perhitungan, instinknya kuat, mengendap endap sebelum menangkap mangsanya. Mereka kuat, lihat saja larinya, pijakan kakinya, tak jarang singa bisa menaklukan mangsa yang jauh lebih besar darinya misal jerapah atau gajah.

Dalam dunia medis, mengkonsumsi daging bnyak memberi manfaat bagi kesehatan karena kandungan zat besi, protein, zink, dan omega 3 yang baik bagi tubuh kita.

Makanya rasulullah pun yang kita kenal sederhana karena seringnya beliau memakan gandum dan roti, namun sesekali beliau juga menganjurkan untuk memakan daging.
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suka memakan daging kambing, terutama bahagian lengan dari daging seekor kambing. Abu Hurairah r.a. berkata: “Suatu ketika dihidangkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam semangkuk bubur dan daging. Maka beliau mengambil bahagian lengan (dari daging tersebut), dan bahagian itulah yang paling disenangi oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.” (HR. Muslim)


Ibnul Qayyim juga berkata, “Daging Kambing dapat menjadikan darah yang sehat an kuat bagi siapa saja yang dapat mengunyahkan dengan baaik. Daging itu cocok bagi orang-orang yang tinggal di daerah dengan iklim dingin dan sedang, serta cocok pula bagi mereka yang suka berolahraga di tempat-tempat yang dingin atau pada musim dingin. Daging juga bermanfaat bagi mereka yang lemah daya pikirnya karena daging dapat menguatkan daya pikir dan daya hapal seseorang. Bagian daging yang paling baik adalah yang terlindung dengan tulang. Bagian sebelah kanan lebih baik dari sebelah kiri. Dan bagian depan lebih baik dari bagian belakang. Rasulullah lebih menyukai bagian depan seekor kambing. Daging bagian aas juga lebih baik dari bagian bawahnya, kecuali bagian kepala.” [Panduan Diet Ala Rasulullah, Indra Kusumah SKL, Gramedia)

Itulah karakter yang diharapkan ada dalam diri setiap muslim ketika bulan dzulhijjah tiba, setelah "berpesta" mengkonsumsi daging. Karena setelah bulan ini habis maka datanglah bulan Muharram, pertanda tahun baru islam telah tiba. Dengan begitu, umat islam telah siap menyambut tahun baru dengan karakter yang baru, semangat baru yang lebih Kuat, pandai, agresif dan cekatan bak seekor singa yang siap bertarung serta berjuang mengarungi hari2nya.
Perhitungan Allah dalam menempatkan bulan-bulannya memang luar biasa dan penuh dengan hikmah.


Lengkap sudah penempaan karakter di bulan dzulhijjah, Dari Ruhiyah sampai Jasadiyah. Semoga kita bisa berubah, menjadi pribadi yang lebih barokah dan dicintai Allah.

______________________________________________
17 Dzulhijjah 1437H
Wijang Prasongko

Kamis, 11 Agustus 2016

Tak Sesuai Harapan


Aku yakin setiap dari kita pasti punya impian atau targetan-targetan yang senantiasa diperjuangkan. Namun ternyata Tidak semua yang kita inginkan harus pasti kita dapatkan. Kadang kita harus rela melepas satu, dua, atau tiga harapan. Kenyataan itu memang kadang menggerus perasaan. Apalagi jika sudah diperjuangkan secara "mati-matian".

Ini bukan masalah ketidakberuntungan, tapi lebih ketidaktahuan kita akan kehendakNya yang sesungguhnya Dialah yang selalu tahu mana yang terbaik bagi setiap insan.

Maka menyandarkan semuanya kepada Tuhan, akan membuat hatimu lebih nyaman. Bukannya Allah tidak mengabulkan setiap permintaan, tapi mungkin Dia lebih senang mendegarkan rintihan mu ketika memohon ditengah kegelapan dan kesendirian, dalam sujudmu yang diselingi tetes air mata kesadaran bahwa kita tak punya kuasa sama sekali mengatur jalannya ritme kehidupan.

Sudahlah, jangan berlarut larut dalam penyesalan. Lanjutkan, masih banyak pekerjaan lain yang bisa kita selesaikan. Masih banyak mimpi-mimpi lain yang menunggu untuk kita dapatkan ,masih banyak potongan-potongan harapan yang menanti untuk kita satukan. Maka seyogyanya setelah kita usahakan, doakan lalu serahkan. Bahagia itu datang ketika kamu mampu sepenuhnya menyandarkan, seluruh harapan, kepada Yang Maha Mengabulkan dan Maha memberi ketentraman.

Yakinlah, jika itu memang rezeki kita, yang terbaik bagi kita, suatu saat nanti Allah akan datangkan dengan penuh kejutan. Tentunya sesuai dengan apa yang kita ikhtiarkan.

“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Wijang Prasongko Wibowo~

Minggu, 07 Agustus 2016

Menunggu..

MENUNGGU...
@wijangprasangko

Pagi itu kukayuh sepeda, selepas subuh sebelum fajar menyapa.
Perlahan mulai terkayuh pedal menggerakkan roda. Menyusuri jalan-jalan tanpa tau mau kemana, yang penting jalan dulu saja. 

Sisa hujan semalam masih begitu terasa, udara dingin nan sejuk mendekap raga, tetesan embun pagi pada dedaunan menyejukkan mata, orang-orang mulai berhamburan menjemput rizkinya.

Pagi itu memang tak seperti biasanya, ada sesuatu yang menggerakkan jiwa, yang mulai resah entah mengapa. Hanya bisa meraba-raba sepanjang perjalanan itu, mungkinkah aku merindukanmu ?
Entah siapa itu, apakah kamu ? memang konsep jodoh itu kadang membuatku lucu, belum tau siapa dia tapi sudah bikin rindu. Ah, sudahlah bilang saja aku belum mampu meminangmu.

Aku menyandarkan sepedaku di sebuah bukit tanpa batu. Melihat hamparan bumi yang dipayungi langit biru. Sambil bergumam hati ini, maukah kamu menunggu, sampai lidah ku tak lagi kaku, sampai kemantapan melenyapkan segala ragu ? Sesekali aku mencoba menguatkan hatiku, Allah pasti bertanggung jawab atas segala rindu dan suatu saat akan menyatukan aku dan kamu ketika waktu sudah tepat dan tak ada lagi ragu.

Maka mari kita saling menunggu, tanpa perlu berketuk pintu.

Aku menunggu. Kamu menunggu. Meski terkadang menunggu tak se-inci pun menyeret kita untuk bertemu di titik rindu. Tapi ah, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Yang tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam doa?

Minggu, di pagi buta.
wijangprasongko~


Minggu, 31 Juli 2016

Untukmu Para Pencari Rizki

Mungkin kau tak tahu dimana rizkimu, tapi rizkimu tau dimana engkau. Dari langit, laut, gunnung dan lembah. Rabb memerintahkannya menujumu, Allah berjanji menjamin rizkimu.

Maka jikalau kita melalaikan ketaatan kepadaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya, maka itu adalah kekeliruan berganda.

Tugas kita bukan menghawatirkan rizki atau bermuluk cita memiliki. Melainkan menyiapkan jawaban, darimana ? dan untuk apa atas setiap karuniaNya ?

Betapa banyak orang bercita mengenggam dunia, dia alpa bahwa hakikat rizki bukanlah yang tertulis dalam angka. Tapi apa yang dinikmatinya. Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya

Amatlah keliru jika bekerja dimaknai pasrah kepada usaha kita. Bekerja itu bagian dari ikhtiar, tawakkal tetap kepada Allah. Sedangkan rizki itu urusanNya. 

Kita bekerja untuk bersyukur menegakkan taat dan berbagi manfaat. Tapi rizki tak selalu terletak di pekerjaan kita, Allah taruh sekehendakNya.

Bukankah hajar berlari tujuh kali bolak balik dari safa ke marwa, tapi zam-zam justru terbit di kaki ismail, anaknya.

Ikhtiar itu laku perbuatan, rizki itu kejutan. Ia kejutan untuk disyukuri bagi hamba yang bertakwa, datang dari arah tak terduga.

Tugas kita hanya menempuh jalan halal, Allah lah yang melimpahkan bekal. Sekali lagi yang terpenting di tiap kali kita meminta dan Allah memberi karunia, jaga sikap saat menjemputnya. Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia, namun lupa bahwa semua harta hak pakai yang halalnya akan dihisab dan haramnya akan di adzab.

Maka marilah kita senantiasa meminta petujuk kepada Allah, menysukuri setiap nikmat rezeki yang diberikanNya. Karena hanya dengan nikmatNya lah maka kebaikan menjadi paripurna.


   Piyungan, 31 Juli 2016

~Wijang Prasongko Wibowo

Selasa, 21 Juni 2016

Jangan Pernah Lelah Untuk Meminta Hidayah..


Nabi, Rasul, para sahabat, orang alim serta para ulama pendahulu kita mempunyai kebiasaan untuk senantiasa meminta hidayah. Walaupun kita harus mengakui bahwa mereka pastilah sangat berhati-hati dalam segala hal, amalannya tidak perlu diragukan lagi, hidupnya bertabur iman. Namun mereka tidak malu dan tidak pernah berhenti untuk senantiasa meminta diberikan petujuk. Karena mereka sadar bahwa Allah Maha Membolak balikan hati, karena dengan kezuhudan mereka sadar bahwa tidk ada yang menggaransi dan menjamin bahwa mereka akan meninggal dalam keadan iman kecuali Allah. Masyaa Allah.

Lalu bagaimana dengan kita ? Yang imannya saja masih pas-pasan, beramal kadang masih sering malas-malasan, tapi pinginnya hidup lurus dan nyaman. Kita apa pernah menjamin, bahwa kita akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah?

            Bukankah Allah sudah menunjukkan lembaran-lembaran kehidupan sejarah? Banyak orang yang diawal hidupnya bertabur iman, tetapi mereka matinya murtad.

Bal'am Bin Baura, siapa yang tidak kenal dia ? Hidup pada zaman Nabi Musa. Disebutkan oleh Malik bin Dinar dalam tafsir surat Al-A’raf 175 bahwa doa bal’am bin baura pasti dikabulkan oleh Allah dalam keadaan-keadaan sempit sekalipun. Doanya tidak pernah tertolak. Tapi matinya, murtad.

Rojal unfuwah, sahabat Nabi saw. Sempat dipuji oleh Abu Bakar dan dipilih untuk dijadikan sebagai delegasi Sunnah untuk mendakwahkan islam kepada Musailamah Kadzab. Namun akhirnya meninggal dalam keadaan murtad. Ubaidilah bin Jasyi, yang pernah menyelamatkan agamanya sampai ke Habasyah ketika Nabi saw masih di Makkah. Ikut dalam hijrah pertama dan kedua ke habasyah, namun meninggal dalam keadaan murtad karena kecintaanya pada khamer di habasyah.

Atau seperti muadzin yang pernah dikisahkan oleh Imam qurtubi, yang murtad ketika kemudian tergoda oleh kecantikan wanita nasrani yang dia lihat ketika akan mengumandangkan adzan di tempat yang tinggi. Orang dahulu kalua adzan harus naik ke tempat yang tinggi. Sampai akhirnya ia melihat wanita lalu turun dengan gentle menyatakan kecintaanya, namun wanita itu menolak karena dia nasrani dan mengajukan syarat jika mau menikahinya maka si muadzin harus berpindah agama. Maka berpindahlah dia, murtad. Namun di hari pertama ketika akan “mencampuri” istrinya dia naik keatap lalu terjatuh dan meninggal. Belum sempat “mencampuri” wanita yang membuatnya murtad.

Ini yang kemudian kita khawatirkan, minta terus hidayah. Kenapa kita meminta hidayah walapun kita sudah memelihara jenggot, sudah kemudian ngaji dan rajin menghadiri majelis ilmu, bertemunya kita dengan orang yang sholih. Terus, kita senantiasa menjaga hangatnya iman. Tapi kenapa kita tetap meminta hidayah, walaupun ikhtiar seperti diatas sudah kita lakukan ? karena tidak ada yang menjamin antum masuk surga kecuali Allah.
Makanya sampai dikatan oleh Rasulullah SAW :

Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan takdir mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka, ia pun masuk ke neraka. Ada pula Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan takdir mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli surga, ia pun masuk ke surga” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ushairim Bin Al-Asyhal , seseorang sahabat yang dikatakan oleh Nabi sebagai penduduk surga yang keningnya belum pernah dipakai untuk bersujud kepada Allah. Karena masuk islamnya belum ada 24 jam. Ketika dia masuk islam mengucapkan syahadat lalu bertanya pada Rasulullah apakah boleh mengerjakan sholat, lalu Rasulullah menjawab belum, karena belum waktunya masuk sholat. Lalu kemudian diajak untuk berjuang di medan perang. Qodarullah, Ushairim meninggal dalam peperangan itu. Para sahabat ramai membicarakannya, sampai Abu Hurairah berkata, “Inilah penduduk surga yang belum pernah menempelkan keningnya mencium bumi untuk bersujud kepada Allah”.

Siapa yang menjamin ikhwah. Jangan sombong kalau hari ini kita sudah ittiba, jangan sombong ketika hari ini kita sudah ngaji. Belum tentu itu akan menjadi  jaminan bahwasanya itu menjadi keimanan kita ketika meninggal. Jangan “Maghrur” (tertipu) dengan amalan kita. Merasa bahwasanya amalan kita itu akan bisa menjadikan kita masuk surga. Siapa yang menjamin ? Maka mintalah hidayah kepada Allah, supaya hidayah yang kita minta memberikan keistiqomahan sampai kita meninggal dunia.

Inilah pentingnya hidayah. Makanya didalam kehidupan kita sampai Allah terangkan doa yang pertama bukan doa untuk meminta ampunan, doa yang pertama bukan meminta surga, doa yang pertama bukan mminta dijauhkan dari neraka. Tapi doa yang pertama, kita sebagai hambaNya Allah diajarin oleh Allah minta hidayah, “ihdinas siratal mustaqim”. Karena kalau kita sudah dapat hidayah kita akan diampuni oleh Allah. Kalau kita sudah dapat hidayah kita akan dimasukkan ke surga oleh Allah, kalau kita sudah dapat hidayah kita akan dijauhkan dari api neraka. Dan itu semua didahului dengan hidayah.

Piyungan 17 Ramadhan 1437

Wijang Prasongko Wibowo

Rabu, 06 Januari 2016

Mengapa Engkau Tunda, Sedangkan Engkau berkuasa menyelesaikan secepatnya ?

Setiap orang tidak pernah lepas dari yang namanya musibah, masalah dan berbagai kesulitan. Dan setiap orang itu pula berbeda-beda menyikapi maslah-masalah tersebut. Tak terkecuali orang-orang mukmin, lalu dari beberapa masalah musibah yang muncul tersebut tak kunjung usai dan munkin juga akhirnya tak sedikit membuat kita putus asa serta menimbulkan pertanyaan. “Apa hikmah dari masalah seorang mukmin, yang diselesaikan oleh Allah dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Allah berkuasa menyelesaikan secepatnya, kun fayakun ?!

Allah menciptakan  langit ini dalam beberapa periode dan Allah ketika memberikan  cobaan kepada hambaNya , petaka kepada hambaNya terkadang petaka itu sebenarnya untuk kebaikan HambaNya. Kenapa tidak Allah selesaikan secara langsung ? Banyak orang yang kalua diselesaikan secara langsung mungkin tidak bersyukur kepada Allah. Antum bisa lihat orang yang punya masalah itu sholat tahajudnya kenceng, sebelum adzan sudah di masjid. Ketika punya hutang, MasyaAllah satu jam sebelum adzan sudah ke masjid. “Antum mau kemana ?, “Mau ke masjid, ana mau mendekatkan diri sama Allah karena lagi ada masalah”. Tengah malem jam 3 bangun, weckernya dipasang untuk sholat tahajud. Ketika masalahnya selesai  tetep weckernya dipasang jam 3, nonton bola :D hehehe . Kenapa ? karena gak punya masalah.

Jadi hikmahnya besar sekali, dan kita lihat ketika orang naik motor lalu mogok, coba kita lihat baca bismillah nya berapa kali ? setiap starter motor baca bismillah dulu, “bismillah ya Allah, bismillah..ya Allah mudah-mudahan hidup Ya Allah”, terus saja sampai nyala. Coba kalua sekali starter hidup, lupa sama bismillah. Hehe. Jadi musibah-musibah itu Allah turunkan “la'allahum yarji'un”, agar mereka kembali kepada Allah, agar mereka bermunajat kepada Allah .

Kita bisa bayangkan jangan berfikir orang yang kaya gak pernah kena musibah itu orang yang dicintai Allah. Kalla ! Allah menceritakan “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16). Bukan seperti itu ukurannya. Dunia ini Allah bagi kepada semuanya, orang kafir Allah kasih, orang mukmin Allah kasih dunia.

Maka kalua kita punya masalah, kenapa kok ditunda ? Mungkin kita kurang kenceng doanya, coba kencengin doanya, dating terus kepada Allah. Kita tahu cerita nabi Ya’kub As, berapa lama ia berdoa kepada Allah supaya nabi Yusuf As balik kerumahnya ? Yakin beliau, Nabi Yusuf Bakal datang. 40 Tahun Nabi Yakub berdoa, doa terus, menangis sampai buta tidk bisa melihat. Kita baru setahun, “Ya Allah, udah setahun berdoa ya Allah..”. Mungkin kita sudah sering mengeluh kok gak kunjung dikabulkan. Bahkan ada yang sampai putus asa.

Kita juga tahu Nabi Ibrahim dengan doanya “Rabbi habli Minas Solihin” untuk meminta keturunan yang shaleh. Ia terus berdoa sampai ubannya memnuhi rambutnya, sampai tua. MasyaAllah pelu kita contoh kegigihan dan keyakinan beliau.

Yakinlah bahwa Allah mengabulkan doa kita, minta terus jangan lelah “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka sesungguhkan Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia (benar-benar) berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186).
Maka musibah yang ditunda itu penyelesaiannya banyak. Banyak hikmah disitu salah satunya adalah untuk menghapuskan dosa kita. Jangan bersedih Allah bersama kita.



*Wijang Prasangko Wibowo, hamba yang sedang berusaha memperbaiki diri.