Sabtu, 31 Maret 2018

Chapter 2 of 9 : "Tentang Cinta"


Pernikahan kita bukanlah melulu soal cinta.
Bukankah kita memutuskan perkara ini saat cinta belum bersemi di hati kita?

Mungkin saja..
akan datang suatu masa di dalam pernikahan kita,
kita kehilangan ide untuk membangkitkan rasa cinta kita,
kita kehabisan cara untuk merawat cinta kita,
kita lupa bagaimana meluluhkan hati pasangan kita,
maka mudah-mudahan saat itu masih ada rasa malu, rasa tanggungjawab,  dan komitmen yang kuat untul mengokohkan fondasinya kembali.

Menurut ustadz Cahyadi Takariawan, sedikitnya ada tiga level perasaan ada manusia.
1. Level satu : ketertarikan hati
2. Level dua : kecenderungan hati
3. Level tiga : ketergantungan hati

Ustadz Cahyadi berpesan agar memutuskan untuk menikah saat kondisi perasaan masih di level satu atau dua.  Karena bila sudah di level tiga,  maka seseorang sudah tidak bisa lagi menerima masukan dan saran.
Juga masih copas ppt nya Ustadz Cah pada acara Semarak Dakwah dan Ukkuwah-nya FORMMIT Taiwan di National Taiwan University,  bahwa terdapat lima tahap kehidupan pernikahan menurut teori Dawn J. Lipyhrott

1. Tahap pertama (Romantic Love)  : "Darling,  I love you Full. "
Kondisi ini terjadi saat awal masa pernikahan.  Ustadz Cah berpesan agar menikmati tahap pertama ini seoptimal mungkin agar pasangan bisa mendapatkan kebahagiaan dalam waktu yang panjang.

2. Tahap kedua ( Dissappointment and Distress)  : "Kok ternyata begitu? "
Pada tahap ini,  setiap pasangan mulai melihat cela pada pasangannya. Tahap ini sebaiknya dilalui secepat mungkin.

3. Tahap ketiga (Knowledge and Awareness) : "Oh kamu seperti itu ya? "
Pada tahap ini suami istri mulai mengenal dan memahami karakter pasangannya. Hendaknya setiap pasangan bersungguh-sungguh dalam memahami dan menerima pasangan.

4. Tahap keempat (Transformation) : " aku semakin membutuhkanmu. "
Pada tahap ini,  suami istri akan berusaha membahagiakan hati pasangannya dan mulai membuktikan bahwa dirinya adalah sahabat yang tepat bagi pasangannya.

5. Tahap kelima (Real Love)  : "Aku mencintaimu seperti apapun dirimu. "
Istilah 'rahmah' tepat untuk menggambarkan situasi hubungan suami istri pada tahap ini.  Suami istri seakan sudah menyatu dalam kedalaman Cinta sejati.

Tapi lambat laun,  cinta mungkin saja memudar.  Dalam bukunya Ustadz Salim,  hal ini possible terjadi.
Apalagi kalau bicara komunikasi, dalam buku Baarakallah,  Ustadz Salim berpesan pada para istri untuk memperbaiki komunikasi mereka supaya menghindari ngambek apalagi sakit hati.  Contohnya seperti berikut:

"Mau nggak bawain belanjaan?"
Lebih baik daripada
"Belanjaannya masih di motor lho! "

"Minggu besok kita pergi yuk! "
Lebih baik daripada
"Sudah lama lho kita nggak jalan-jalan. "

Masih dalam tema yang sama, saya mau kutip dari cuplikan dialog Lin Cheng Hsin kepada Hsu Tai Yu dalam drama Taiwan “Our Times”,

我跟你说哦
Let me tell you

女生啊是很难珿漠地
Girls are so difficult to be understood.

我们说 没关系
When we say nothing’s wrong,

就是有关系
It means something’s wrong.

我们说 没事
When we say it’s ok,

就是有事
It means it’s not ok.

我们说 我很胖
When we say I’m fat,

那就伐表她希望 你对她说
It means we hope you can tell us,

她一点都不胖
“You are not fat at all”
semoga bahasa mandarin n englishnya gak ngawur,  hehe

"Suami layaknya layang-layang yang berkewajiban terbang tinggi dan menghadapi kencangnya angin.
Namun seorang istri adalah benang yang membuat layang-layang tak akan lepas kendali meskipun ia terbang tinggi. " (Andre Raditya)

Terakhir, saya mau kutip pesan dari senior kami, Vita Krisnadewi,
"Namanya ketemu dua orang dari latar belakang, lingkungan, budaya, kebiasaan yang berbeda, tentu butuh adaptasi. Itulah gunanya faktor agama menjadi alasan utama. Kalau agamanya baik maka adaptasi gak akan lama, belajar cepat, dan kembali ke niat awal menikah. "

Baiklah sekian rangkuman dari chapter dua.  Saya bukan penulis, hanya copas sana sini dan menyusunnya sesuai dengan tema-tema yang disukai. Mohon maaf jika ada salah kata, caption, apalagi picture yang gak nyambung.

Terima kasih sudah mampir. Semoga ada ilmu yang bisa diamalkan supaya saya kecipratan pahalanya. Sampai jumpa di rangkuman chapter berikutnya.

Senin, 17 April 2017

Indonesia, China dan Islamisasi Nusantara : Merefleksikan Sejarah dan Perlawanan Terhadap Rasisme

 Beberapa hari yang terakhir ini kita dibuat prihatin oleh beberapa kejadian rasisme. Mulai dari iklan kampanye, sampai penyebutan kata yang sangat tidak pantas oleh salah satu sesorang dari etnis tertentu terhadap seorang Gubernur NTB. Jika dikerucutkan, rasisme yang akhir-akhir ini marak menjadi perbincangan publik adalah antara islam dan china.

Bagaimanapun dengan alasan apapun, rasisme adalah sebuah hal yang tidak dibenarkan. Karena implikasinya yang  mengancam perpecahan yang mudhorotnya tentu sangat besar bagi kehidupan kita. Dalam perspektif Al-Quran, Allah sebenarnya sudah menjabarkan larangan rasis dalam surat Al-Hujurat ayat 13. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa hakikat Allah yang menciptakan manusia yang berbangsa dan bersuku suku, dimana tujuannya adalah agar mereka saling “mengenal”. Yaitu menghargai perbedaan, tidak saling menghina dan mengejek dalam hal ini bisa dikategorikan sebagi rasis.

Sebagai umat islam yang tinggal di nusantara, tentunya kita patut bersyukur bahwa indonesia adalah salah satu negara yang disentuh dan mendapatkan cahaya islam. Tak ada salahnya pula kita merefleksi, mundur kebelakang untuk mengetahui wasilahnya islam sampai di nusantara. Tentunya ada peran-peran orang terdahulu, tak terkecuali salah satunya etnis muslim china.

Riwayat cina zaman dinasti T’ang mengatakan bahwa waktu itu, tepatnya pada tahun 671 M sudah ada komunitas muslim di wilayah sumatra.  Diperkuat lagi ketika Dinasti Ming mengirimkan armada lautnya yang bertujuan untuk mengamankan jalur lalu lintas china-india yang dipimpin oleh laksamana Cheng-Ho alias Zheng He alias H. Mahmud Syamsudin pada periode tahun 1405-1433, dimana ketika mereka singgah di nusantara mereka menemukan banyak komunitas muslim china tepatnya di bagian utara pesisir jawa.

Lalu bagaimana proses islamsisasi oleh para muslim etnis china di nusantara ? Fakta yang dikemukan oleh Tanta zen, seorang sejarwan dari singapura, Bahwa dahulu sekitar abad ke 13 masehi china jatuh ke tangan Mongol “Tar-Tar” dibawah pimpinan raja Kubilai khan. Setelah berhasil menaklukan china, Kubilai khan kemudian mulai mengekspansi nusantara, tepatnya sasarnnya waktu itu adalah kerajan Singosari. Dia mengirimkan utusannya ke Singosari untuk memberikan kabar kepada Raja Kertanegara agar mau tunduk dan mengirimkan upeti setiap tahunnya kepadanya. Namun Kertanegara menolaknya, bahkan memotong telinga utusan Kubilaikhan dan memintanya agar pulang kembali. Hal ini mebuat marah kubilaikhan karena dianggap sebagai penghinaan, yang kemudian direspon dengan pengiriman pasukan ke Singosari untuk menuntut balas sekaligus penyerangan. Tetapi pada saat pasukan telah tiba, Kertanegara sudah meninggal yang kemudian digantikan Jayakatwang (Kediri). Bertemulah pasukan tadi dengan orang-orangnya Raden Wijaya (Bakal Raja Majapahit) yang kemudian menyarankan mereka agar menuntut balas kepada Jayakatwang. Penyerangan pun terjadi, Jayakatwang dan Kediri runtuh yang kemudian disusul oleh berdirinya Majapahit.

Nah, pasukan Kubilai khan yang datang ke Nusantara komposisinya adalah dari orang Mongol, sebagian dari orang-orang China dan sebagian dari orang-orang bangsa Turkistan yang mayoritas muslim. Maka ketika perjalan itulah terjadi interaksi antar pasukan yang menyebabkan sebagian tentara yang berasal dari china mengenal islam kemudian menganutnya. Ketika mereka sudah selesai melaksanakan misi menyerang Jayakatwang, banyak diantara muslim china ini yang menolak untuk kembali ke negerinya. Mereka lebih nyaman tinggal di jawa.  Yang kemudian mereka mulai aktif melakukan islamisasi di nusantara, khusunya di pulau jawa, sesuai dengan fakta penemuan komunitas etnis china muslim di pesisir utara pantai jawa oleh laksamana Cheng-Ho pada abad ke 14.

Dari refleksi sejarah diatas dapat kita ambil hikmahnya, tentunya kita patut bersyukur bahwa sinergitas pribumi dan muslim dari etnis china membuat kita merasakan indahnya cahaya islam di negeri ini. Maka seperti QS Al-Hujurat ayat 13 tadi, bahwa Allah telah memerintahkan kita agar saling menjaga persatuan meski dalam balutan perbedaan. Tentunya persatuan dalam hal-hal kehidupan sosial atau muamalah dan saling menghargai dengan menjaga lisan, perbuatan, dan memahami batas-batas dalam syariat yang sudah ditentukan dalam keyakinan masing-masing agar tidak terjerumus dalam budaya Rasisme dan Pluralisme. 

Kecuali memang mereka yang bersembunyi dibalik jargon kebhinekaan namun diam-diam merongrong dan menyulut perpecahan, mereka yang tak bisa menjaga lisan dan perbuatan maupun mereka yang terang-terangan menebarkan kebencian (baca: ahok) 

Wallahualam bishowab.

-21 Rajab 1438 H / Wijang -


Jumat, 31 Maret 2017

"Klitih dan Lelaki Mataram" : Sebuah Tinjauan dari Perspektif Antropologi













Akhir-akhir ini kita melihat sebuah fenomena yang memprihatinkan. Khususnya di wilayah Yogyakarta yang akrab dengan julukan “kota pelajar”. Aksi klitih kembali mencuat, kali ini salah satu bentuk kenakalan remaja ini terlihat lebih beringas hal ini terlihat dari efek yang dtimbulkan, mereka (pelaku) kini tidak cukup hanya melukai tapi lebih segan lagi mereka tega untuk menghabisi nyawa korbannya.

Sebenarnya fenomena klitih ini bukanlah suatu hal baru, bahkan sejak saya masih SMK saya pun saya pernah terjebak terlibat didalamnya tapi Alhamdulillah bisa dikatan belum terlibat terlalu dalam. Katanya, Mereka memperjuangkan “Marwah, harkat dan martabat” sekolahan, itulah yang menjadi motif utama para pelaku untuk melakukan tindakan sadisnya. Awalnya anak-anak baru yang masih menginjak kelas satu dicekoki semacam sugesti-sugesti nyleneh tentang wajibnya menjaga harga diri sekolah yang kemudian untuk menjaga harga diri itu salah satu jalan yang ditempuh adalah menyingkirkan saingan sekolah yang mereka anggap sebagai musuh, pemicunya juga bisa dari dendam lama yang anehnya gak sembuh-sembuh atau karena masalah sepele seperti tanding futsal rusuh, vandalisme saling coret dsb. Dimana penggiringan opini dan penyuapan doktrin ini dilakukan oleh beberapa oknum kakak kelas yang biasanya tergabung dalam sebuah paguyuban genk sekolah. walaupun tidak bisa kita pungkiri bahwasannya degradasi moral dan semakin jauhnya anak-anak muda dari agama menjadi salah satu faktor pemicu utamanya. Atas faktor-faktor pemicu tadi lalu ujungnya, mereka hanya ingin Sekedar untuk menunjukkan kejumawaan yang caranya salah kaprah, khas pemuda "pokoke maju, akibate dipikir keri".

Saya coba memaparkan beberapa genk sekolah yang menurut saya sebenarnya ulah segelintir oknum inilah yang meresahkan. Kita mulai dari sisi utara, ada Muhi dengan Oestad nya. SMK N 2 & 3 Yk dengan Stemsa dan Vozter, lalu juga ada REM. Bergeser ke selatan ada GNB , CBZ, Roever, Ranger, Smuten, Respect, Grixer. Belum lagi di wilayah bantul dan sleman. Yang intinya hampir sebagian besar masing-masing sekolahan memiliki paguyuban ini yang menurut mereka sebagai representasi kekuatan sekolah-sekolah tersebut. Tak jarang mereka jjuga berkoalisi untuk saling bantu menghabisi sekolah yang menjadi musuh / sasaran. Klitih ini menganut sebuah sitem “nglimpe”, yaitu mereka menyerang musuh dari belakang ketika dijalan. Karena klitih bias juga diartikan “golek-golek” (mencari cari) target sasaran / musuh.

Sekarang coba kitaa balik ke belakang, bernostalgia ria. Yogyakarta adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Saya mencoba menggali informasi dari gurunda Yusuf Maulana, tentang karakteristik lelaki mataram. Ternyata sangat mengejutkan, sekarang kita mungkin mengenal bahwa lelaki jogja itu jika dibandingkan dengan lelaki jawa lainnya identik  dengan karakter sopan santun, unggah-ungguh yang baik, tutur katanya lembut, lemah gemulai dan terkesan low profile. Namun ternyata ada sebuah pergeseran identitas, ternyata karakter  lelaki mataram yang asli adalah lelaki yang bersifat tegas, kuat, dan keras. Buktinya bisa kita lihat dalam laga perang jawa. Antara milisi pro Pangeran Diponegoro (pribumi) yang sebagain besar adalah rakyat mataram dengan belanda yang berlangsung antara 1825-1830. Pasukan belanda yang dikomandoi oleh jendral De Kock dan pasukan Pribumi yang dikomandoi oleh Pangeran Diponegoro saling serang satu sama lain. Dengan senjata yang bisa dipastikan kalah canggih, namun dalam perang ini kubu pribumi jawa mampu menumbangkan korban dari Belanda kurang lebih 10.000 tentara. Alhasil Atas capaian luar biasa tersebut Perang Jawa juga dinobatkan sebagai great war dan diakui oleh belanda sebagai perlawanan yang luar biasa tangguh. Tentunya dengan hasil tersebut, dapat kita pastikan bahwa lelaki mataram yang ikut berjihad di perang itu adalah tipikal lelaki yang tangguh, kuat, keras dan “turah energi”bukan lelaki yang lemah lembut.

Seiring berjalannya waktu, raja-raja mataram menerapkanrakyat harus berbahasa karma inggil / karma halus, kebiasaan-kebiasaan yang menunjukan karakter tegas mulai dihilangkas. Seperti adu kekuatan “ala gladiator” bagi laki-laki mataram di wilayah kerajaan, Alhasil ada pergeseran identitas yang terpaksa “harus” diikuti yang nantinya ini berimplikasi pada kebingungan mereka untuk menyalurkan energy yang berlebih tadi dari karaker khas lelaki mataram. karena ya memang seperti itu karakter aslinya.

Akhirnya Saya menyimpulkan dari perspektif saya ditambah pengetahuan dari gurunda dan tinjauan antropologi bahwa memang tipikal asli dari lelaki mataram ini adalah turah energy (punya energy berlebih) namun terjerat dan binggung menyalurkan energy yang sisa tadi. Maka terjadilah kekerasan-kekerasan di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, aman dan penuh kasih sayang dalam mengembangkan diri dan belajar. Maka sudaah seyogyanya diperlukan solusi-solusi yang bisa meredam energy berlebih ini dari berbagai pihak mulai dari pemerintah yang mungkin bisa berkontribusi dengan kebijakan-kebijakan semisal tentang tata letak kota yang mengusulkan agar disetiap sudut-sudut kota diperbanyak ruang-ruang untuk pemuda menyalurkan kegiatan positifnya. Sayangnya ini masih belum diperhatikan secara baik. Jadi mungkin masjid bisa dijadikan alternative. Membuat masjid sebagai pusat kegiatan pemuda, melengkapinya dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang agar pemuda betah berkegiatan di masjid. Selain itu peran Dari lingkungan sekolah melalui pembinaan dan program ekstrakulikuler yang bisa menjadi sarana penyaluran energy turah tadi, masyarakat, dan utamanya keluarga, dimana disinilah sesungguhnya kenyamanan itu berada, tempat kembali dan bercerita segala keluh kesah.

Semoga Jogja kembali nyaman, aman, titi tentrem untuk belajar dan mengembangkan diri. Sesuai dengan jargon nya “Yogyakarta berhati nyaman”, “Yogyakarta Kota Pelajar". 

-Wijang ( Yang dulu sempat terjebak namun kini sudah bertaubat )


Sabtu, 17 September 2016

Dzulhijjah Dan Transformasi Karakter

Bulan dzulhijjah adalah salah satu bulan yang memiliki sekian banyak keutamaan bagi umat islam. Termasuk salah satu dalam 4 golongan bulan Asyhurul hurum, atau bulan haram yang mulia yang juga telah disebutkan dalam Al-Quran.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram …" (QS. Al Maidah (5): 2)

Di awal-awal bulan dzulhijjah terdapat benyak keutamaan, khususnya pada sepuluh hari awal. Oleh karena itu Rasulullah menganjurkan kita untuk menempa ruhiyah kita dengan memperbanyak berbagai macam ritual ibadah seperti dzikir, tilawah, sodaqoh, dsb.  Inilah moment dimana Ruhiyah kita ditempa dan dibentuk agar iman lebih kokoh.
Tiada hari yang lebih di cintai Allah ta'ala untuk berbuat suatu amalan yang baik dari pada hari-hari ini yaitu sepuluh hari Dzul Hijjah, para sahabat bertanya," wahai Rasulullah, tidak pula dengan jihad fii sabilillah? Rasulullah menjawab," tidak, tidak pula jihad fii sabilillah, kecuali jika ia keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia tak kembali lagi". (Shohih Bukhori, 969)

Salah satu momen yang paling dinanti dan sampai saat ini menjadi hari besar umat islam adalah moment idul adha yang jatuh pada 10 dzulhijjah. Karena pada momen tersebut umat islam dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai salah satu bentuk bukti taqwa pada yang Maha Esa.

Allah memerintahkan hambaNya untuk menyembelih hewan kurban yang kemudian di bagikan lalu di konsumsi. Sehingga Hari-hari tasyrik semacam menjadi acara "pesta" bagi umat islam karena gizi mereka terjamin, yang tak pernah atau jarang makan daging di hari itu bisa makan daging, walaupun tidak kita pungkiri masih ada di beberapa belahan dunia ini yang belum bisa ikut merasakan "pesta" makan daging ini.

Allah memang tidak pernah alpa menyelipkan hikmah di setiap perintah. Hari-hari di bulan dzulhijjah Allah perintahkan kita mengkonsumsi daging, berharap agar hambaNya memiliki karakter seperti hewan karnivora (pemakan daging). Sebut saja singa. Seperti yang kita lihat dan kita pelajari di sekolah dulu, hewan tipe karnivora memang cenderung gagah, kuat, pintar, agresif dan cepat. Berbeda dengan herbivora (pemakan tumbuhan) yang cenderung suka bermalas2an, tidak agresif, karena makanannya tak bergerak dan langsung bisa didapatkan tanpa perlawanan (tumbuhan,rumput dsb).

Karakter Singa, Mereka cepat karena makanannya bergerak. Mereka pandai karena penuh perhitungan, instinknya kuat, mengendap endap sebelum menangkap mangsanya. Mereka kuat, lihat saja larinya, pijakan kakinya, tak jarang singa bisa menaklukan mangsa yang jauh lebih besar darinya misal jerapah atau gajah.

Dalam dunia medis, mengkonsumsi daging bnyak memberi manfaat bagi kesehatan karena kandungan zat besi, protein, zink, dan omega 3 yang baik bagi tubuh kita.

Makanya rasulullah pun yang kita kenal sederhana karena seringnya beliau memakan gandum dan roti, namun sesekali beliau juga menganjurkan untuk memakan daging.
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suka memakan daging kambing, terutama bahagian lengan dari daging seekor kambing. Abu Hurairah r.a. berkata: “Suatu ketika dihidangkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam semangkuk bubur dan daging. Maka beliau mengambil bahagian lengan (dari daging tersebut), dan bahagian itulah yang paling disenangi oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.” (HR. Muslim)


Ibnul Qayyim juga berkata, “Daging Kambing dapat menjadikan darah yang sehat an kuat bagi siapa saja yang dapat mengunyahkan dengan baaik. Daging itu cocok bagi orang-orang yang tinggal di daerah dengan iklim dingin dan sedang, serta cocok pula bagi mereka yang suka berolahraga di tempat-tempat yang dingin atau pada musim dingin. Daging juga bermanfaat bagi mereka yang lemah daya pikirnya karena daging dapat menguatkan daya pikir dan daya hapal seseorang. Bagian daging yang paling baik adalah yang terlindung dengan tulang. Bagian sebelah kanan lebih baik dari sebelah kiri. Dan bagian depan lebih baik dari bagian belakang. Rasulullah lebih menyukai bagian depan seekor kambing. Daging bagian aas juga lebih baik dari bagian bawahnya, kecuali bagian kepala.” [Panduan Diet Ala Rasulullah, Indra Kusumah SKL, Gramedia)

Itulah karakter yang diharapkan ada dalam diri setiap muslim ketika bulan dzulhijjah tiba, setelah "berpesta" mengkonsumsi daging. Karena setelah bulan ini habis maka datanglah bulan Muharram, pertanda tahun baru islam telah tiba. Dengan begitu, umat islam telah siap menyambut tahun baru dengan karakter yang baru, semangat baru yang lebih Kuat, pandai, agresif dan cekatan bak seekor singa yang siap bertarung serta berjuang mengarungi hari2nya.
Perhitungan Allah dalam menempatkan bulan-bulannya memang luar biasa dan penuh dengan hikmah.


Lengkap sudah penempaan karakter di bulan dzulhijjah, Dari Ruhiyah sampai Jasadiyah. Semoga kita bisa berubah, menjadi pribadi yang lebih barokah dan dicintai Allah.

______________________________________________
17 Dzulhijjah 1437H
Wijang Prasongko

Kamis, 11 Agustus 2016

Tak Sesuai Harapan


Aku yakin setiap dari kita pasti punya impian atau targetan-targetan yang senantiasa diperjuangkan. Namun ternyata Tidak semua yang kita inginkan harus pasti kita dapatkan. Kadang kita harus rela melepas satu, dua, atau tiga harapan. Kenyataan itu memang kadang menggerus perasaan. Apalagi jika sudah diperjuangkan secara "mati-matian".

Ini bukan masalah ketidakberuntungan, tapi lebih ketidaktahuan kita akan kehendakNya yang sesungguhnya Dialah yang selalu tahu mana yang terbaik bagi setiap insan.

Maka menyandarkan semuanya kepada Tuhan, akan membuat hatimu lebih nyaman. Bukannya Allah tidak mengabulkan setiap permintaan, tapi mungkin Dia lebih senang mendegarkan rintihan mu ketika memohon ditengah kegelapan dan kesendirian, dalam sujudmu yang diselingi tetes air mata kesadaran bahwa kita tak punya kuasa sama sekali mengatur jalannya ritme kehidupan.

Sudahlah, jangan berlarut larut dalam penyesalan. Lanjutkan, masih banyak pekerjaan lain yang bisa kita selesaikan. Masih banyak mimpi-mimpi lain yang menunggu untuk kita dapatkan ,masih banyak potongan-potongan harapan yang menanti untuk kita satukan. Maka seyogyanya setelah kita usahakan, doakan lalu serahkan. Bahagia itu datang ketika kamu mampu sepenuhnya menyandarkan, seluruh harapan, kepada Yang Maha Mengabulkan dan Maha memberi ketentraman.

Yakinlah, jika itu memang rezeki kita, yang terbaik bagi kita, suatu saat nanti Allah akan datangkan dengan penuh kejutan. Tentunya sesuai dengan apa yang kita ikhtiarkan.

“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Wijang Prasongko Wibowo~

Minggu, 07 Agustus 2016

Menunggu..

MENUNGGU...
@wijangprasangko

Pagi itu kukayuh sepeda, selepas subuh sebelum fajar menyapa.
Perlahan mulai terkayuh pedal menggerakkan roda. Menyusuri jalan-jalan tanpa tau mau kemana, yang penting jalan dulu saja. 

Sisa hujan semalam masih begitu terasa, udara dingin nan sejuk mendekap raga, tetesan embun pagi pada dedaunan menyejukkan mata, orang-orang mulai berhamburan menjemput rizkinya.

Pagi itu memang tak seperti biasanya, ada sesuatu yang menggerakkan jiwa, yang mulai resah entah mengapa. Hanya bisa meraba-raba sepanjang perjalanan itu, mungkinkah aku merindukanmu ?
Entah siapa itu, apakah kamu ? memang konsep jodoh itu kadang membuatku lucu, belum tau siapa dia tapi sudah bikin rindu. Ah, sudahlah bilang saja aku belum mampu meminangmu.

Aku menyandarkan sepedaku di sebuah bukit tanpa batu. Melihat hamparan bumi yang dipayungi langit biru. Sambil bergumam hati ini, maukah kamu menunggu, sampai lidah ku tak lagi kaku, sampai kemantapan melenyapkan segala ragu ? Sesekali aku mencoba menguatkan hatiku, Allah pasti bertanggung jawab atas segala rindu dan suatu saat akan menyatukan aku dan kamu ketika waktu sudah tepat dan tak ada lagi ragu.

Maka mari kita saling menunggu, tanpa perlu berketuk pintu.

Aku menunggu. Kamu menunggu. Meski terkadang menunggu tak se-inci pun menyeret kita untuk bertemu di titik rindu. Tapi ah, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Yang tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam doa?

Minggu, di pagi buta.
wijangprasongko~


Minggu, 31 Juli 2016

Untukmu Para Pencari Rizki

Mungkin kau tak tahu dimana rizkimu, tapi rizkimu tau dimana engkau. Dari langit, laut, gunnung dan lembah. Rabb memerintahkannya menujumu, Allah berjanji menjamin rizkimu.

Maka jikalau kita melalaikan ketaatan kepadaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya, maka itu adalah kekeliruan berganda.

Tugas kita bukan menghawatirkan rizki atau bermuluk cita memiliki. Melainkan menyiapkan jawaban, darimana ? dan untuk apa atas setiap karuniaNya ?

Betapa banyak orang bercita mengenggam dunia, dia alpa bahwa hakikat rizki bukanlah yang tertulis dalam angka. Tapi apa yang dinikmatinya. Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya

Amatlah keliru jika bekerja dimaknai pasrah kepada usaha kita. Bekerja itu bagian dari ikhtiar, tawakkal tetap kepada Allah. Sedangkan rizki itu urusanNya. 

Kita bekerja untuk bersyukur menegakkan taat dan berbagi manfaat. Tapi rizki tak selalu terletak di pekerjaan kita, Allah taruh sekehendakNya.

Bukankah hajar berlari tujuh kali bolak balik dari safa ke marwa, tapi zam-zam justru terbit di kaki ismail, anaknya.

Ikhtiar itu laku perbuatan, rizki itu kejutan. Ia kejutan untuk disyukuri bagi hamba yang bertakwa, datang dari arah tak terduga.

Tugas kita hanya menempuh jalan halal, Allah lah yang melimpahkan bekal. Sekali lagi yang terpenting di tiap kali kita meminta dan Allah memberi karunia, jaga sikap saat menjemputnya. Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia, namun lupa bahwa semua harta hak pakai yang halalnya akan dihisab dan haramnya akan di adzab.

Maka marilah kita senantiasa meminta petujuk kepada Allah, menysukuri setiap nikmat rezeki yang diberikanNya. Karena hanya dengan nikmatNya lah maka kebaikan menjadi paripurna.


   Piyungan, 31 Juli 2016

~Wijang Prasongko Wibowo